-Otoosan no Aji-

Roti Bakar Mentega + Gula.
2 lember Roti tawar dioles mentega di kedua sisi. Ditaburi gula secukupnya di tengahnya. Ditangkup.
Dipanggang di atas api kecil sampai kedua sisi berwarna coklat keemasan.
Api kecil penting supaya lebih kriyuk saat digigit & mentega + gula sempat mencair & menyatu.

Nothing much. Reminds me of my dad. As a scholar he worked at home while tending to his kids. He used to pick me up at preschool in his blue secondhand Datsun.

I would immediately jump off the red tricycle I was riding around the big tree in the school yard and run to tell my teacher.

“TEACHER! TEACHER! MY DADDY COME PICK ME UUUUUP!! I WANNA MAKE SHISHIIIIII*!”

Yes. All in a single breath. And ever so loud. Oh and not to forget the crossing of legs and fidgeting restlessly with hands over you-know-where. Dari kecil udah kebanyakan gaya emang.

When I was done with my business, I would get in the car and he would hand me the food that will become my comfort food for the rest of my life. He would ask me about my day, and I would tell him munching happily away.

*pipis – with Nahdia and adhya

View on Path

Dream-o-logue 28092015

We were supposed to go to some place out of town. Spend several days at a family friend’s villa.

But before that, I was supposed to meet Mr. George. Everyone left before me because I said I needed to change. But I took too long and they came back just as I was done. So I lied, saying I had stomach trouble and made a trip to the toilet.

The next day, the trip to Gadog. In the middle of the freeway the road disappeared! It was flooded. All other cars charged through. All the way till the top of the cars were level with the water.

We charged on too.

I was really hoping to see you.

Watching Kabukicho Love Hotel (Sayonara Kabukicho)

Barusan kelar nonton ini. Semalam ketiduran. Pagi bangun, niatnya dilanjut sambil jahit tapi film ini terlalu kuat sampai jahitan lepas dari tangan. Halah, padahal mah pengen rebahan.

Berikut semacam review film dari saya tentang “Sayonara Kabukicho” murni tanpa googling sana-sini biar terlihat paham sinematografi atau istilah-istilah perfilman.

Alasan memilih film ini tentu saja karena ada Sometani Shota. Salah satu aktor muda Jepang yang menjanjikan. Mulai dari drama cheesy macam “All Esper Dayo” sampai film gelap “Himizu” pemenang penghargaan (internasional kalo gak salah) dijabani. Menunjukkan skillnya yang luas. Bukan cuma tampang, suaranya juga sedap. 😍

“Sayonara Kabukicho” adalah film model “Before Sunset” tapi versi Love Hotel dan tak hanya tentang sepasang manusia saling tebar pesona.

Dalam waktu 24 jam yang dirangkum dengan rapih oleh sutradara & penulis naskah menjadi 2 jam 15 menit, penonton diajak mengenal lima pasang manusia yang secara langsung berhubungan dengan hotel ATLAS di Kabukicho.

Apa jadinya kalau lo terpaksa kerja jadi Manager Love Hotel dan mendapati ade cewek lo kerja jadi artis AV yang syutingnya di hotel lo dan malamnya cewek lo yang pengen banget debut jadi penyanyi, nongol bersama orang dari record label.

Film NSFW 18++ ini mengajak kita melihat Kabukicho dari sisi lain. Bahwa setiap orang memiliki perjuangan hidupnya masing-masing dan semuanya manusiawi. Who are we to judge? Score musik yang jenaka, seakan ingin mengajak penonton melihat film ini bukan sebagai film ‘gituan’ doang.

Kerennya lagi, ini mungkin untuk penulis naskahnya: bisa-bisanya bikin cerita yang membuat penonton ingin membela hampir semua tokoh.

Endingnya juga diberi twist yang sangat uwuwuwu.. :’)

Watching Kabukicho Love Hotel (Sayonara Kabukicho)

View on Path

Alangkah mengerikannya menilai orang dari sudut pandang & pengalaman sendiri.

Tanpa mengetahui apa yang melatari pilihan-pilihan orang-orang yang mereka hakimi.

Semoga orang-orang itu tetap bisa tersenyum setiap hari.

Baik mereka yang menghakimi maupun yang dihakimi.

Setiap hari.

Hanya karena seseorang berhasil menghasilkan karya atau pemikiran yang membuka mata, bukan berarti matanya sendiri sudah sepenuhnya terbuka.

Lebih jelilah.

Pahami arti kata ‘tenggang rasa’.
Kita, orang Indonesia, sudah lama memilikinya.

View on Path

My kid brother introduced me to Depapepe several years back. I instantly fell in love with this track.

It certainly makes you feel like bathing in the flickering rays of morning light.

Before, I read the title wrong. I thought it was “Ki More You Naka De” until a friend of mine corrected me. It’s “Komorebi no Naka De”, she said. “no Naka de” means “within or inside”.

Before that even, I asked Uda @IvanLanin & @Kreshna, “Apa bahasa Indonesia untuk bilah-bilah sinar mentari yang dicacah pepohonan?” Mereka mengusulkan; “‘Abhati’: cahaya agung, cahaya suci.” Yang menurutku masih belum pas.

Punyakah kita, padanan kata untuk ‘Komorebi’?

View on Path