#malamjumatreminder
Kejadiannya sore-sore saat masih terang. Saya sedang duduk merokok sambil menyetem gitar di teras rumah. Teras rumah kami menghadap ke bundaran komplek yang ramai ruko-ruko yang selalu berganti penyewa setiap enam bulan sekali. Hanya beberapa toko yang bisnisnya mampu bertahan.
Tulisan ‘DI SEWAKAN’ di ruko yang sebelumnya berjualan ikan bakar yang guling tikar sudah hilang.
Kejadiannya sore-sore saat masih terang. Sosok seorang gadis berambut panjang sedang menyapu dengan sapu lidi bergagang kayu. Rambut hitam lebat panjangnya berhenti pas di atas pinggang. Berkilauan diterpa cahaya senja yang hangat. Kopiku sudah tidak.
Sambil bersenandung saya menunggu-nunggu gadis itu berbalik. Menyapu sampah kertas dan daun yang diterbangkan angin di belakangnya. Siapa tahu tipikal cewek “Punggung Malam Minggu, Muka Malam Jumat”.
Kira-kira bisnis apa yang akan mereka coba tawarkan di kampung berdaya beli rendah yang ibu-ibunya lebih suka membikin kue daripada membeli.
Hampir jenuh saya menunggunya berbalik manakala Ibu memanggil dari dalam menyusul aroma putukambing yang sampai ke hidung saya duluan, “Iye’.” sahutku santun. Sambil berdiri mengangkat gelas kopi dan tatakannya. Sekali lagi saya tengok perempuan itu.
Perempuan itu sudah berbalik, akan tetapi yang saya lihat membuat gelas dan tatakan dalam pegangan jatuh dan pecah berantakan.
Poni hitam lebat panjangnya turun melewati wajah, leher, tanpa jeda tanpa celah dan berhenti tepat di atas perutnya.
View on Path