Surat dari Jakarta. LDR tak terlalu menyiksa. Jika memang jodoh, kamu tahu bahwa jauh-dekat sama saja. Barangkali memang demikian, jika tangan Tuhan sudah berperan. Tak ada perasaan yang perlu dipaksakan. Tak seperti nasi yang dengan kuah sup jadi lebih mudah ditelan.
Kertas surat yang ia pakai masih sama dengan beberapa surat sebelumnya: stationery Charlie Brown dan kawan-kawannya yang berwarna kecoklatan. Suratnya kali ini kelewat ringan. Kutukar sepatuku dengan selop rumah yang disediakan Oya-san.
Pemanas ruangan terpasang pada volume puncak. Jemariku mulai kesemutan, tandanya darah kembali menemukan rutenya. Sapporo dingin luar biasa.
Kuturuti kalimat yang tepatnya merupakan aturan pakai kertas suratnya yang wangi. Akupun tertidur sambil bermimpi kencan dengannya di toko roti.