Pipipipi! Pipipipipi! Pipipipi! Pipipipipi!
Darla hanya tidur 3 jam, semalaman ia dan Mas Ano menggarap iklan-iklan yang harus dimix untuk tayang bulan depan. Ruangan 1,5 x 2 m yang dilapisi karpet kedap suara itu terasa hangat. Satu-satunya cahaya yang masuk adalah dari jendela persegi panjang kecil pada pintu. Ruangan ini sedianya dipergunakan untuk tempat penyimpanan kaset dan cd, namun zaman dan teknologi berkata lain. Jutaan lagu mampu disimpan dalam sebuah hard disk seukuran kotak sepatu. Kini ruangan ini jadi kamar tidur kru putri. Kru pria dipersilakan menggeletak dimanapun mereka suka asalkan di luar ruangan ini.
Bagi Darla, tidur dimanapun sama saja asalkan selimut fleece biru muda bermotif anak bebeknya tidak terlupa. 26 tahun sudah ia memiliki selimut itu dan siapapun tidak akan percaya kalau Darla mengatakan warna aslinya biru muda dan bermotif anak bebek lucu. Bagi orang yang melihatnya, benda itu hanya sebuah kain kumal yang harus segera dimasukkan mesin kremasi agar usai penderitaannya. Mereka hanya tidak tahu bahwa sebelum memulai perantauannya ke Jakarta, Darla masih suka menghisap ibu jari sebelum tidur. Yang tahu hanya teman-teman pecinta alam dan cewek-cewek yang pernah satu kontrakan dengannya dan juga seseorang yang kenangan tentangnya sudah Darla sapu ke bawah karpet sejak lama.
Darla memaksa tubuhnya untuk duduk, karena khawatir kembali terlena oleh hangat ruangan dan aroma selimut kesayangannya. Ruangan ini terhubung dengan ruangan produksi, di depannya terdapat pintu kotak siaran. Darla menangkap sosok Mas Ano sedang mengenakan headset di dalam dan tampak serius mengerjakan sesuatu. Jangan-jangan Mas Ano belum tidur sama sekali. Darla semakin kagum pada Mas Ano, ia tak hanya berhasil mengubah status radio kampus menjadi badan usaha milik kampus kini ia juga mulai merintis lembaga pendidikan kepenyiaran yang bekerja sama dengan jurusan ilmu komunikasi kampusnya sendiri. Benar kata Ayah, saat-saat produktif manusia adalah usia 20 – 50 tahun, dan tampaknya Mas Ano adalah pria yang berpandangan sama.
“Gue mau pensiun muda. Punya beberapa bisnis dan gue tinggal mantau aja sambil traveling dan menekuni hobi.” ceritanya pada Darla suatu malam saat mereka sedang lembur.
Tanpa tedeng aling-aling, Darla bertanya “Pensiun muda sih boleh. Tapi kapan Mas Ano mau nikah? Itu Mbak Dhani udah gimana tau deh, sayangnya sama Mas Ano, dicuekin terus. Kapan lagi ada mantan None Jakarta Barat, Akuntan Publik dan solehah mau sama muka penuh bulu kayak Mas Ano? Mas Ano udah 38 kan? Kalau Mas Ano punya anak pas umur 40, ntar anak Mas Ano umur 30, Mas Ano udah jompo, ngga kuat nggendong cucu.”
“Heh, cerewet. Mau kena SP1? Berani-beraninya ngehina boss. Kamu sendiri kali yang gatel pengen nikah. Suruh buruan tuh pacarnya, gelar melulu dibanyakin. Pacarnya pulang pagi-pagi ngga dimarahin.”
“Ih, siapa dia mau marahin? Orang tua gue aja santai.”
“Ini gue serius, ngga ada cowok yang seneng ceweknya pulang-pulang pagi. Ortu lo mungkin udah pasrah. Lagian anak mereka banyak, kan? Delapan? Ngga pulang satu juga ngga ketahuan.”
“Rese. Gue selalu lapor kale, Mas. ”
“Iya, iya..lapor dan ortu lo pasrah.”
“Bukan pasrah tapi ‘percaya’.”
“Iya, percaya.”
“Ih, Mas Ano nyebelin.”
“Daripada kamu, tukang ngeyel tingkat dewa.”
“Dewi.” eyel Darla otomatis.
“Udah, udah, siap take ke-45 nih? Salah lagi jitak.”
“Mas Ano juga. Salah, jitak!” sahut Darla seraya memasang headset dan mendekatkan bibir pada mic.
Darla kembali ke ruang produksi dengan wajah basah oleh wudlu. Ia melambai pada Mas Ano di dalam ruangan siaran, minta izin masuk. Mas Ano mengangguk. Wajahnya masih serius. Rupanya ia sedang membaca mention-mention yang masuk ke akun radio mereka. Darla tidak punya akun Twitter tapi ia cukup paham cara kerja media social yang satu itu karena tuntutan pekerjaan.
Mas Ano diam saja ketika Darla bertanya ada apa. Darla pun penasaran dan mengintip dari balik punggung Mas Ano. Semacam Twitwar sedang berlangsung di Timeline. Twitwar atau tepatnya pengeroyokan. Sebuah akun anonim menjelek-jelekkan penyiar cewek pagi yang notabene adalah Darla dan beberapa akun balas mencela akun anonim tadi. Sepintas, Darla membaca kata-kata yang sangat merendahkan derajatnya sebagai perempuan.
“Tenang, Darl. Yang namanya public figure udah pasti ngadepin yang beginian. Diemin aja, nanti juga capek sendiri.” Mas Ano berdiri mempersilahkan Darla duduk di kursi penyiar. Tak ada perubahan ekspresi yang berarti pada wajah Darla. Padahal ia sedang mengatupkan kedua rahangnya kencang-kencang. Menahan marah. Marah yang mencair menjadi air mata begitu tangan Mas Ano membelai lembut ubun-ubunnya.
Darla tak mau membaca dengan ditel omongan akun anonim tersebut tentangnya. Namun ia sadar, sebagai seorang penyiar ia harus bias memisahkan masalah pribadi saat membuka mic. “Kalau lo ngga sanggup, biar gue aja yang siaran Morning Buzz.” usul Mas Ano.
“Ngga papa. Baru segini aja. Bukan selebritis namanya kalo ngga siap digosipin macem-macem.” jawab Darla sambil menyeka air mata dengan punggung lengannya berusaha terdengar ceria. “Kali-kali aja rating kita naik gara-gara ini. Hehehe..”
“Hehehe, that’s my girl!” ucap Mas Ano ceria sambil meremas bahu Darla seakan berusaha memompakan semangat ke dalam rangka kecilnya.
Beberapa kilometer dari pemancar radio milik Ano. Seseorang sedang duduk di atas tempat tidur empuk memegang tabletnya dengan tegang. Ipodnya sedang terpasang pada frekuensi 84,25 KW2FM. Ia sibuk membalas mention-mention yang mengeroyoknya, yang justru membela Darla yang baru saja dia bongkar aibnya habis-habisan. Darla yang sudah tidak perawan dan pernah ‘dekat’ dengan suami orang.
@FridaInLove: Heh, @DarlaSuxxx GET A LIFE! Daripada bongkar aib orang mending ngaca deh. Basi lo! cc @KW2FM
@monk1ch1 Trus lo apaan? RT @DarlaSuxxx Penyiar pagi kesayangan @KW2FM pernah ada affair sama suami orang. Di radio aja sok imut padahal aslinya busuk.
@HusseinWasHere @DarlaSuxxx : Berdoa gih sono supaya ngga ada yang gantian bongkar aib lo.
@anakalim Mba..nyebut, Mba. Masih pagi neh.. RT @DarlaSuxxx Penyiar pagi kesayangan @KW2FM pernah ada affair sama suami orang.
Tetiba ada telepon masuk. [Anom Rachmadi] . Dhani menjatuhkan tabletnya ke kasur saking terkejutnya. Di saat yang sama, suara yang belakangan sangat ia benci merasuki telinganya dengan ceria.
“Selamat Morning, Good Pagi, Everybody! Kembali lagi bersama penyiar pagi kesayangan kalian yang imut ini Darla the Darling Nasution selama 4 jam ke depan mengawal teman-teman melewati macet Jakarta!”
suwer bukan saya yg buka aib lewat twitter tadi *bingung*
Apa ini? Apa ini? Hihih :D
Ooooooooooo… :p