‘Lho, ini ngga salah?’ gumamku. Kuperhatikan baik-baik kartu identitas yang tadi diklip rapih pada berkas lamaran. KTP Asli. Satu poin negatif, Te-Le-Dor. Fotonya sih cantik, tapi aku sudah terlatih untuk tidak terkecoh oleh foto. Terlalu banyak bohongnya. Filter ini-itu. Crop di sini-situ. Putihin dikit, hilangin jerawatnya dikit. Saya lebih percaya sama Surat Izin Mengemudi, foto di situ biasanya lebih jujur.
Namanya cukup cantik, Kirana Karenina. Tinggal di daerah Meruya. Usianya baru 22 tahun. Status perkawinan. Nah, ini yang penting! ‘Menikah’, bah! Kulempar KTP tersebut ke boks bertuliskan ‘Shred’, lalu meraih amplop yang masih tertutup. Teleponku berbunyi.
“Bro, ini gue Alex. Barusan gue nitip lamaran bini gue. Namanya Kirana, ada di meja lo.”