Pelayan dengan anggun berlalu setelah kembali mengisi penuh gelas kami dengan anggur putih. Sekali lagi kami bersulang.
“To us.” katanya dengan senyum teramat lembut yang rasanya baru kali ini kulihat.
“To us.” sahutku berusaha mencerminkan senyumannya dengan suara agak bergetar.
Lembut bunyi baby grand piano di sudut ruangan menyatu dengan denting peralatan makan mahal di sekeliling. Untuk beberapa saat kami terdiam. Tepatnya aku terdiam. Dia menunggu.
Matanya yang jenaka kembali mengejar bola mataku yang sedari tadi berusaha menghindar. Karena takut tertangkap dan dimintai jawaban. Jawaban atas kotak berwarna hijau toska yang tergeletak menganga mempertontonkan seraut berlian pada lingkaran emas.
Seharusnya, sejak awal kami berkenalan sudah kukatakan, “Namaku Cindy, dulunya pernah lelaki.”
Uniiiiiiiiiiiiii.. Suka ini..
keren lho uni.. pasti pengalaman masa depannya si aul #eh
Widiw, suka! :)