Kulipat sarung dan sajadah, lalu kusangkutkan peci lusuhku pada paku di balik pintu. Kukenakan celana basket Miami Heat lungsuran Mas Bimo, kaos Hard Rock Manila dari Mas Zia dan sepasang sendal jepit Swallow hijau yang kubeli sendiri. Segera kumulai tugas-tugasku. Menyiram dan merapihkan kebun kemudian mencuci keempat mobil milik keluarga Hardadi. Yang terakhir kucuci pagi ini adalah mobil Yaris merah milik Nyonya dan Nona. Pagi ini, di kursi kemudi kutemukan secarik kertas bertuliskan “I Love You” yang diketik. Pengirimnya bisa siapa saja. Tapi aku sungguh berharap yang mengetiknya adalah Aminah, pembantu yang lebih dulu bekerja di sini. Yang dengan sabar dan telaten mengajariku di hari-hari pertamaku bekerja. Sayang, Aminah buta huruf.