Minggu, Mama, Pantai, McDonalds.

Wanita Asia Tenggara itu membiarkan rambutnya ditiup angin sore yang membuai. Sisa-sisa air dan angin laut membuat rambutnya berjumput-jumput. Di bahunya menggelantung tas besar hijau toska bertuliskan Le Bag, seolah yang membaca tidak mengerti bahwa yang disandangnya adalah sebuah tas, orang Perancis terutama sebab mereka suka kekeh soal bahasa :p. Ia mengenakan blus bunga-bunga biru dan celana jins 3/4. Langkahnya anggun meski mendorong stroller. Tubuhnya tetap memikat walau empat manusia pernah menghuni rahimnya.

Tiga anaknya yang lain berlari-larian menyusuri King’s Street menghampiri kotak-kotak brosur yang menyediakan buklet-buklet pariwisata. Bukan keterangan mengenai hotel-hotel mewah tak terjangkau yang mereka buru, melainkan kupon ‘Free Fries and Coke for purchase of 1 Burger’ yang terselip di salah satu halaman buklet. Promosi McDonalds untuk para turis, kenyataannya kami bukan turis. Empat buklet saja cukup, ujarnya pada anak keduanya yang terlihat hendak mengosongkan kotak dimana buklet-buklet tersebut tersedia.

Sambil duduk di salah satu sudut restoran, kami menyantap hamburger, french fries dan coca cola dengan puas. Di luar sana, matahari terbenam di sepanjang pantai Waikiki tidaklah begitu berarti. Ini adalah pungkasan kegembiraan akhir pekan kami, kira-kira duapuluh tahun yang lalu di Honolulu.

Minggu siang, setelah kakak-kakak kembali dari berjualan koran dengan sekantong tip di tangan, aku dan Papa kembali dari laundromat dengan sekeranjang penuh cucian yang hangat, harum terlipat, dan Mama yang telah menyiapkan bekal dan peralatan dalam Le Bag, tas tempurnya. Roti isi selai kacang dan jeli, air minum sebotol, handuk-handuk lebar, baju renang anak-anak, baju ganti adik bayi, popok, sabun, shampo, kacamata renang, ban pelampung yang masih kempes, snorklers, ember dan sekop plastik.

“Pa! Pergi dulu ya! Assalamu’alaikum!” serempak kami yang sudah kebelet berenang berseru dari muka pintu apartemen tanpa menunggu jawaban. Sendal jepit terdengar berbalapan menuruni tangga lalu menghilang sesampai mereka di parkiran. “Waktu tenang telah datang,” benak Papa “satu jam istirahat, lalu lanjut menulis tesis. Zzzz…”. Ini adalah pungkasan kegembiraan Papa, kira-kira duapuluh tahun yang lalu di Honolulu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s