Background music: Ghost – Dubstar
Matanya diselaputi tirai air yang seakan mengabadi. Menerawang, menembus lembut jingga mentari. Diacuhkannya gemericik Kamogawa sore hari, pula klub marching band Kyoto Daigaku yang sedang berlatih tak jauh dari kami.
“Hani, sini dong! Nanti petai bakarnya keburu dihabiskan Kang Diki lho!” Reny melambai-lambaikan capit yang dipakainya membolak-balik bakaran. Memanggilnya, lalu terkikik genit begitu suaminya dengan gemas mencubit.
Pada bangku taman kami duduk dalam diam. Jemariku nyaris menyentuh ujung jemarinya. Belum apa-apa panas sudah menjalari diri, ketujuh chakra kami serta-merta menyala. Hani menarik tangannya, mengambil sesuatu dari saku jaketnya.
Sebuah saputangan.
Diangkat ke hidungnya, lalu matanya terpejam.
Aku pun melihat apa yang dia lihat. Almarhum kekasihnya, Mas Pram.